Kolase TribunBogor
Mantan Napi Teroris di Mako Brimob, Zen Effendi
|
Meski begitu, kejadian tersebut menyisakan luka mendalam bagi rakyat Indonesia dan yang terutama keluarga korban.
Dari kerusuhan tersebut, lima anggota polisi tewas dengan cara sadis, dan satu napi terorisme tewas tertembak.
Seperti diketahui, ratusan napi itu menjebol tembok dan menguasai blok tahanan dengan cepat. Beberapa anggota polisi pun sempat disandera hingga akhirnya dilepaskan. Tak hanya itu, usai menjebol tembok mereka juga merampas senjata dan menguasai blok. Bahkan, selama melakukan penyanderaan, mereka juga sempat merakit bom di dalam blok tahanan.
Lantas yang jadi pertanyaan masyarakat pastinya bagaimana para napi itu bisa merampas senjata milik polisi dan mendapat bahan untuk merakit bom.
Dikutip dari video YouTube Najwa Shihab, seorang mantan napi Mako Brimob mengungkap cara yang dilakukan para napi tersebut.
Dalam tayangan berdurasi 2:29 itu, diawali dengan layar hitam dan berisi ilustrasi suara latar berupa suara kerusuhan.
Kemudian tampak foto para napi memegang senjata dan tampak menutup kepalanya dengan kain sambil mengacungkan tangan mereka.
Sebanyak 155 napi itu diketahui telah menguasai 20 pucuk senjata api dan 300 amunisi.
Setelah itu, kemudian tampak seorang pria berjanggut yang merupakan mantan napi Rutan Mako Brimob menceritakan dugaannya mengenai cara tersangka menguasai senjata.
Pria berpeci putih itu mengatakan, kalau senjata yang berhasil dikuasai para napi itu bukan berasal dari gudang senjata.
"Karena kalau dari gudang senjata itu tidak mungkin, soalnya dari Rutan Mako Brimob itu ke gudang senjata itu jaraknya cukup jauh," kata pria bernama Zan Effendi yang merupakan mantan teroris eks napi Mako Brimob itu.
Apalagi, kata dia, seperti yang diketahui kalau pada napi teroris ini tidak keluar dari rutan.
"Yang kita tahu, para napi teroris ini masih berada di rutan, belum keluar dari rutan itu sendiri. Jadi menurut analisis saya, itu adalah senjata-senjata yang dijadikan barang bukti oleh polisi untuk kasus-kasus teroris yang selama ini ada di Indonesia, misalnya kasus Poso," jelasnya.
Ia juga menjelaskan kalau lokasi penyimpanan barang bukti itu sangat dekat dengan ruang tahanan.
"Lokasinya itu dia sangat berdekatan sekali dengan blok-blok napi teroris itu, jadi lokasinya masih di dalam rutan itu sendiri, di dalam ruang penyidik, nah biasanya alat-alat dan barang bukti baik itu senjata, buku-buku, ataupun dokumen itu disimpan di ruang penyidik itu," tuturnya.
Tak hanya itu, ia juga menyebut kalau penyimpanan barang bukti di ruang penyidik itu tanpa penjagaan ketat.
"Dan pengamanan itu tidak ketat, cuma dikunci biasa saja," jelasnya.
Ia pun mengaku cukup familiar dengan beberapa senjata yang disimpan di sana.
"Beberapa cukup familiar bagi saya karena memang saya pernah terlibat kan, jadi tahu lah itu bukan senjata yang dibawa oleh penjaga di Mako Brimob itu," tambahnya.
Simak videonya di bawah ini:
Rakit Bom
Komandan Korps Brimob Inspektur Jenderal Rudy Sufahriadi mengatakan, para narapidana teroris memperoleh bahan pembuat bom dari barang sitaan.
Bahan-bahan yang disita polisi itu sedianya disimpan di gudang di ruang pemeriksaan.
Namun, bahan-bahan tersebut belum sempat digudangkan dan dirampas narapidana teroris.
"Bom-bom itu didapat dari barang bukti kemarin yang disita, itu belum sempat digudangkan oleh penyidik Densus (Detasemen Khusus) di ruang pemeriksaan. Itu yang mereka ambil lagi dan mereka rebut lagi," kata Rudy saat ditemui di Markas Komando Brimob, Depok, Jawa Barat, Kamis (10/5/2018).
Ia menambahkan, banyak barang sitaan yang dirampas kembali oleh narapidana teroris dan kemudian dirakit menjadi bom.
Bom yang berhasil dirakit itu, lanjut Rudy, sedianya akan dijadikan ranjau para narapidana teroris di Mako Brimob.
Namun, dalam proses sterilisasi, bom-bom yang telah dirakit itu telah diledakkan polisi.
"Itulah yang dijadikan bahan bom buat ranjau nanti di sini dan sudah kami ledakkan semua. Ada banyak, ada cukup banyak, tadi bunyinya juga banyak. Ada ledakan, ada bridging," katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto memastikan seluruh narapidana teroris yang sempat memberontak di Mako Brimob, Depok, sudah menyerah.
"Lengkap, 155 teroris menyerah kepada aparat kepolisian Republik Indonesia," kata Wiranto dalam jumpa pers di Mako Brimob, Depok.(*)
Sumber: aceh.tribunnews.com